MITOKONDRIA



BAB II Pembahasan
A.   Pengertian Mitokondria
Mitokondria adalah struktur-struktur kecil yang terbentuk dari protein dan lipida yang membentuk suatu gel yang stabil dan keras. Mitokondria berasal dari kata mitos dan khondrion. Mitos artinya benang dan khondrion artinya butir. Mitokondria tampak seperti benang-benang halus atau butir-butir yang tersebar dalam sitoplasma. Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5 µm dan panjang 0,5 -1,0 µm. Jumlah mitikondria dalam satu sel dapat mencapai 800 buah, pada sel-sel yang aktif atau yang memerlukan energi lebih besar jumlah mitokondria dapat mencapa lebih dari 1000 buah.
Mitokondria adalah organel istimewa karena memiliki DNA sendiri. DNA mitokondria disebut dengan mtDNA atau mitochondrial DNA. Struktur mtDNA berpilin ganda, sirkular serta tidak memiliki membran. mtDNA mirip dengan DNA bakteri. Karena itulah timbul banyak hipotesis, salah satunya menyatakan bahwa mitokondria dulunya merupakan makhluk hidup independen seperti bakteri, yang kemudian bersimbosis dengan organisme eukariotik, yang dikenal dengan nama teori Endosimbion.
Mitokondria mampu mengambil energi dari zat-zat gizi yang terdapat di dalam makanan dan mengubahnya menjadi suatu bentuk senyawa yang dapat digunakan sebagai bahan bakar aktivitas sel.
Berbeda dengan organel sel lain, mitokondria mampu melakukan replikasi secara mandiri. Replikasi terjadi apabila mitokondria menjadi terlalu besar, sehingga perlu dilakukan pemecahan atau fission. Sebelum bereplikasi, DNA mitokondria direplikasi terlebih dahulu. Dimulai dari pembelahan bagian dalam mitokondria, kemudian dilanjutkan dengan pembelahan bagian luar. Pembelahan di bagian dalam dimulai dengan pengkerutan bagian dalam, kemudian bagian luar membran, sehingga posisi mitokondria seperti terjepit, kemudian akan terjadi pemisahan. 
B.   Struktur Mitokondria
Struktur mikotondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antarmembran, dan matriks di dalam membran.
Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama serta mengandung protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat permeabel terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Selain itu, membran luar mitokondria mengandung enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam proses transpor lipid ke matriks.
Bagian-bagian Mitokondria
 
800px-Animal_mitochondrion_diagram_id.svg.png
Dibandingkan dengan membran luar, membran dalam bersifat kurang permeabel. Susunan membran dalam terdiri atas 20% lipid dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat utama berlangsungnya pembentukan ATP. Membran dalam membentuk banyak lipatan yang menonjol ke dalam yang disebut krista. Struktur krista ini meningkatkan luas permukaan mebran dalam sehingga meningkatkan produktivitas ATP. krista ditempeli dengan protein-protein transportasi elektron. Masing-masing protein bertanggung jawab untuk mengubah energi dalam makanan menjadi senyawa energi sel.  Membran dalam mengandung sejumlah protein yang berperan dalam proses fosforilasi oksidatif. Membran ini juga mengandung ATP sintase yang berfungsi menghasilkan ATP di matriks mitokondria. Membran dalam memiliki protein transpor yang mengatur keluar masuknya zat-zat metabolit dari matriks yang melewati membran dalam.
Diantara membran luar dan membran dalam terdapat ruang antarmembran yang merupakan tempat berlangsungnya beberapa reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus krebs, reaksi oksidasi, dan reaksi asam amino.
Adapun matriks mitokondria adalah cairan kental yang berisi ratusan enzim yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan molekul-molekul nutrien, tujuannya supaya pengambilan akhir energi yang terdapat di krista berlangsung dengan lancar. Di dalam matriks mikotondria terdapat materi genetik, yang dikenal dengan mtDNA, ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta ion-ion, seperti magnesium, kalsium dan kalium.
C.   Fungsi Mitokondria
Mitokondria berfungsi sebagai pabrik energi dalam sel yang mampu menghasilkan energi, energi yang dihasilkan dalam bentuk ATP. Proses pembentukan energi dalam mitokondria juga dikenal sebagai proses fosforilasi oksidatif.
D.   Proses Respirasi sel
Beberapa tahapan dalam proses respirasi sel yang berlangsung di mitokondria, yaitu:
1.      Glikolisis
Glikolisis artinya menguraikan gula. Selama proses di jalur  ini, glukosa yang merupakan gula berkarbon enam, diuraikan menjadi dua gula berkarbon tiga. Gula yang lebih sederhana ini lalu dioksidasi. Setelah itu, sejumlah atom sisanya disusun ulang, sehingga terbentuklah dua molekul piruvat.
Reaksi glikolisis sendiri terjadi di sitoplasma. Hasil akhir glikolisis sebelum masuk ke sisklus krebs adalah asam piruvat. Ada sejumlah ahli yang membagi proses glikolisis menjadi 2 yaitu glikolisis dan dekarboksilasi oksidatif. Glikolisis merupakan proses yang mengubah senyawa 6C menjadi senyawa 2C. Sedangkan dekarboksilasi oksidatif adalah reaksi asam piruvat diubah menjadi asetil KoA
2.      Siklus Krebs
Setelah glikosis melepas energi, sebagian besar energi itu tetap tersimpan dalam dua molekul piruvat yang dihasilkan glikosis.   Jika ada oksigen molekuler, piruvat tersebut kembali memasuki mitokondria. Ketika ini terjadi maka enzim siklus krebs akan menyempurnakan oksidasi bahan organik.
ATP yang dihasilkan dalam siklus ini langsung dapat digunakan. Namun tidak demikian dengan hidrogen, senyawa berenergi ini kemudian digabung dengan penerima hidrogen yaitu NAD (Nikotin Adenin Dinokleutida) dan FAD (Flafin Adenin Dinokleutida). Hidrogen kemudian dibawa ke sistem transfer elektron. Proses ini melepaskan energi dan hidrogen, lalu direaksikan dengan oksigen sehingga terbentuklah air. Selama siklus krebs terjadi, proses ini memerlukan oksigen bebas. Siklus krebs sendiri berlangsung di dalam mitokondria.
3.      Sistem Transfer Elektron
Siklus terakhir dari respirasi sel yang melibatkan mitokondria dalah transfer elektron. Transfer elektron sendiri ada dua macam, baik dari peristiwa glikolisis dan siklus krebs. Pertama transfer elektron dalam bentuk ikatan fosfat berenergi tinggi. Ikatan fosfat ini bisa berbentuk ATP atau GTP (Guanin Tripospat). Kedua senyawa ini merupakan energi yang langsung dapat digunakan.
Sedangkan bentuk kedua dari transfer elektron adalah NADH dan FAD  dalam bentuk FADH2. Kedua senyawa ini merupakan sumber elektron yang dibawa ke sistem transfer elektron. Meski proses ini sangat rumit, namun pada dasarnya elektron dari H+ dan NADH serta FADH2 dibawa dari satu substrat  ke substrat yang lain secara terus menerus dan berantai.
Setiap kali dipindahkan, energi yang terlepas dipakai untuk mengikat fosfat anorganik ke molekul ADP. Ini akan menghasilkan ATP. di bagian akhir proses, ada oksigen sebagai penerima. Hal ini akan menghasilkan air atau H2O. Proses pemecaha atau katabolisme 1 glukosa melalu respirasi yang memerlukan oksigen atau aerob menghasilkan 3 ATP.
Tiap reaksi glikolisis, siklus krebs maupun transfer elektron menghasilkan senyawa- senyawa antara yang dipakai untuk proses reaksi pembentukan atau anabolisme.


BAB III Penutup

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa mitokondria merupakan organel sel yang paling penting, karena di mitokondria terjadi proses respirasi yang merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan dalam proses kehidupan, yang dihasilkan dalam bentuk ATP.


DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Suaha. 2011. BIOLOGI bse. Jakarta: PT. Sarana Panca Karya Nusa
Nurhayati, Nunung. 2008. BIOLOGI BILINGUAL: Bandung: YRAMA WIDYA
Rachmawati, Faidah. 2009. BIOLOGI bse. Jakarta: Ricardo, CV
Suwarno. 2009. Panduan Pembelajaran BIOLOGI bse: Jakarta: CV Karya Mandiri Nusantara
www.bimbie.com/fungsi-mitokondria.htm
id.wikipedia.org/wiki/Mitokondria

SILAHKAN DOWNLOAD DI SINI MAKALHANYA



MIKROTUBULUS



Pengertian
Mikrotubulus atau mikrotubula adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin bersifat lebih kokoh dari katin, mikrotubulus mengatur posisi organel di dalam sel. Mikrotubulus dibagi menjadi dua, yaitu mikrotubulus singlet dan mikrotubulus doublet. Mikrotubulus memiliki dua ujung, yaitu ujung negatif yang terhubung dengan pusat pengatur mikrotubulus, dan ujung positif yang berada di dekat membran plasma. Organel dapat meluncur di sepanjang mikrotubulus untuk mencapai posisi yang berbeda di dalam sel, terutama saat pembelahan sel.
 
Penemuan Mikrotubulus
Penemuan keberadaan mikrotubulus (jamak: mikrotubuli) baru terungkap pada saat Keith Porter dan sejawatnya mengembangkan suatu cara untuk melihat sel tanpa penyelubungan (embedding) dan penyayatan, namun dengan menggunakan HVEM ( high voltage electron microscope). Pengamatan dengan menggunakan HVEM menunjukkan bahwa bagian sitoplasma yang berada di sela-sela organela tampak penuh dengan anyaman trimatra dari benang-benang yang sangat halus yang juga disebut jejala mikrotrabekular serta terdapat pula filamen-filamen yang bermatra lebih besar yang di kelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan struktur dan garis tengahnya, yaitu: mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen intermedia. Kemudian diadakan penelitian lebih lanjut mengenai filamen-filamen tersebut yang salah satunya adalah mikrotubulus.

Bagian-bagian mikrotubulus
Mikrotubulus ditemukan dalam sitoplasma semua sel eukariotik. Mikrotubulus itu berupa batang lurus dan berongga. Mikrotubulus berukuran kecil, melengkung, berbentuk silindris, dan kaku, dimana ditemukan di setiap sel yang sedang mengalami pembelahan. Mikrotubulus tersusun atas protein yang dikenal sebagai tubulin. struktur mikrotubul sangat menarik hampir sama di semua jenis organisme. Analisis ultrastruktural secara negatif menunjukan noda pada potongan mikrotubul, ini menunjukan bahwa dindingnya ialah polimer yang tersusun atau subunit globular . Pemeriksaan potongan melintang dari dinding mikrotubulus menunjukan biasanya 13 subunit yang memutar sehingga membentuk dinding. Ketika permukaannya dilakukan secara membujur maka memperlihatkan protofilament. Ketika mikrotubul yang retak, 13 protofilament pembuat dinding tersebut dapat dilihat, menandakan perkumpulan dari subunit mengitari dinding mikrotubul. Satu berkas dari subunit-subunit tadi terlihat berpola spiral seperti bentuk sekrup. Setiap molekul rantai-rantai protein tubulin yang membentuk spiral merupakan heterodimer yang terdiri dari dua subunit globular yang terikat erat. Subunit-subunit tersebut merupakan protein sejenis yang diberi nama α-tubulin dan β-tubulin. Masing-masing protein terdiri dari ikatan polipeptida tunggal yang panjangnya sekitar 500 asam amino. Spiral ini membentuk tabung berlubang yang panjangnya dari 200 nm hingga 25 µm dengan diameter 25 nm dan tebal 5nm. Mikrotubulus dapat dibongkar dan tubulinnya digunakan untuk membangun mikrotubulus di mana saja di dalam sel. Molekul tubulin selama ini hanya dijumpai di sel-sel eukariota, terutama di otak vertebrata. Jika mikrotubul dianalisis kandungan kimianya, maka ditemukan kandungan kesemuanya protein yang satu α-tubulin dan yang lain β-tubulin. Kedua protein tersebut diperkirakan berat molekulnya kira-kira 54.000 dalton yang mempunyai hubungan dengan struktur dan urutan asam amino yang kiranya berasal dari leluhur protein pada awal periode evolusi. Penambahan untuk tubulin yang mana tercatat 80-95% dari kandungan protein di mikrotubul ialah MAPs (Microtubule-associated proteins) yang juga hadir di organel dan sekarang ini sedang diteliti secara intensive.

Pembentukan Mikrotubulus
Dalam banyak sel, mikrotubulus tumbuh dari sentrosom, suatu daerah yang terletak dekat nukleus. Mikrotubulus memanjang dengan menambah molekul tubulin di ujung-ujungnya. Tubulin dapat berpolimerisasi membentuk mikrotubulus. Percobaan polimerisasi dapat dibuat dengan campuran tubulin, larutan penyangga, dan GTP pada suhu 37 °C. Dalam tahapannya, jumlah polimer mikrotubulus mengikuti kurva sigmoid. Pada fase lag, tiap molekul tubulin berasosiasi untuk membentuk agregat yang agak stabil. Beberapa di antaranya berlanjut membentuk mikrotubulus. Saat elongasi, tiap subunit berikatan dengan ujung ujung mikrotubulus. Saat fase plato, (mirip fase log pada pembelahan sel), polimerisasi dan depolimerisasi berlangsung secara seimbang karena jumlah tubulin bebas yang ada pas-pasan.
Dalam pembentukan mikrotubulus, sebelum molekul-molekul tubulin menjadi mikrotubulus, telebih dahulu mereka menyusun diri membentuk protofilamen dengan jalan subunit β-tubulin dari sebuah molekul tubulin berlekatan dengan subunit α dari molekul tubulin yang lain yang berada di sampingnya. Sebuah mikrotubulus yang juga terdiri dari 13 protofilamen ysng tersusun membentuk suatu lingkaran. Jika 3 buah protofilamen dari sebuah mikrotubulus (mikrotubulus A), juga menjadi milik mikrotubulus lain (mikrotubulus B), maka dua buah mikrotubulus tersebut di beri nama doublet. Mikrotubulus memiliki kutub positif, yaitu kutup yang pertumbuhannya cepat, dan kutub negative yaitu kutub yang pertumbuhannya lambat. Hal ini di sebabkan oleh susunan profilamen yang sejajar satu terhadap yang lain dan sesuai dengan polaritas
masing-masing.

Pengelompokan Mikrotubulus
Terdapat dua kelompok mikrotubulus :
a. Mikrotubulus stabil yaitu mikrotubulus yang dapat diawetkan dengan larutan fisikatif apapun, misalnya : OsO4, MnO4 atau aldehida dan suhu berapapun.
Contoh mikrotubulus stabil adalah pembentukan silia dan flagella.

b. Mikrotubulus labil yaitu, mikrotubulus yang dapat diawetkan hanya dengan larutan fisikatif aldehida dan pada suhu sekitar 4o C. Contoh mikrotubulus labil adalah mikrotubulus pembentuk gelendong pembelahan. Sifat kelabilan mikrotubulus ini berguna untuk menerangkan arah pertumbuhannya. Mikrotubulus yang kedua ujungnya terdapat bebas di dalam sitoplasma akan segera lenyap. Mikrotubulus ysng tumbuh dengan ujung negatif melekat pada sentroma dapat dibuat stabil apabila ujung positifnya dilindungi sehingga menghalangi terjadinya depolimerisasi.

Mikrotubulus labil dijumpai di dalam sitoplasma, oleh karena itu disebut pula mikrotubulus sitoplasmik. Mereka seringkali tersusun secara sejajar terhadap satu sama lain, seperti yang terdapat dalam aksoplasma sel saraf. Namun, dapat pula terlihat terpancar dari satu pusat ke dekat inti seperti yang terlihat pada sel yang sedang membelah. Mikrotubulus sitoplasmik dapat memberikan polaritas kepada sel dan membantu mengatur bentuk sel, gerakan sel dan menentukan bidang pembelahan sel.

Mikrotubulus sitoplasmik, di dalam sel pada stadium interfase dari sel yang dibiakkan dapat ditunjukkan dengan teknik immunofluoresen. Mikrotubulus terlihat paling banyak disekitar inti. Dari daerah ini terpancar dalam bentuk anyaman benang-benang halus kearah perifer sel. Asal mikrotubulus dapat diketahui dengan tepat dengan jalan mendepolimerisasi dan membiarkannya tmbuh kembali. Mikrotubulus yang timbul kmbali semula akan terlihat seperti bintik kecil yang berbentuk bintang, oleh karena itu disebut aster terletak di dekat inti. Pancaran benang-benang halus itu memanjang ke arah tepi sel. Sampai penyebaran awal terbentuk kembali. Daerah tempat timbulnya aster disebut MTOC (microtubule organizing center). Dengan menggunakan perunut, dapat diketahui bahwa kutub negative mikrotubulus berada di daerah MTOC sedangkan kutub positifnya menjauhi MTOC.

Kegiatan dan fungsi mikrotubulus
Mikrotubulus merupakan serabut penyusun sitoskeleton terbesar.
Mikrotubulus menjalankan beberapa fungsi, terutama sebagai sarana transport material di dalam sel serta sebagai struktur sporting bagi fungsi-fungsi organel lainnya. Beberapa fungsi lain dari mikrotubulus yaitu:
• Mempertahankan bentuk sel (“balok” penahan-tekanan),
• Motilitas sel (seperti pada silia atau flagella),
• Pergerakan kromosom dalam pembelahan sel, serta pergerakan organel.

Kegiatan dan fungsi mikrotubula sebagian besar berdasarkan kelabilannya. Salah satu contoh yang mencolok adalah terbentuknya gelondong mitosis, yang terbentuk setelah mikrotubula sitoplasma terurai setelah mitosis. Mikrotubula ini umumnya sangat labil, cepat terakit dan cepat pula terurai. Hal inilah yang menyebabkan sangat pekanya gelondong mitosis terhadap pengaruh obat-obatan seperti “colcisine”. Obat ini dapat menghentikan mitosis untuk beberapa menit. Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan menghambat mitosis disebut dengan antimitosis. Zat amitosis dapat mencegah sel membelah, sehingga dapat untuk menghambat sel kangker.

Beberapa organel yang tersusun dari mikrotubulus adalah sentriol, silia dan flagella.
Di dalam sentrosom sel hewan terdapat sepasang sentriol, masing-masing tersusun atas sembilan pasang triplet mikrotubula yang tersusun dalam suatu cincin. Masing-masing triplet terdiri dari satu mikrotubul lengkap dan dua mikrotubul tidak lengkap (salah satu C hilang). Triplet disusun secara paralel satu dengan yang lainnya dan membentuk badan silindris yang berdiameter dari 150-250nm. Sembilan kelompok semacam ini membentuk dinding sentriol. Tiap kelompok tidak tegak lurus dengan inti tabung, tetapi agak miring. Sentriol terbentuk dari polimerisasi dimer-dimer (gabungan dari tubulin alfa dan tubulin beta) yang jumlahnya sembilan dan dihubungkan ke pusat (hub) oleh protein. Cincin tertutup akan bertambah panjang karena pertambahan dimer-dimer yang membentuknya. Dibagian dasar akan membentuk cincin terbuka 1 yang menempel pada bagian basal cincin tertutup. Bagian dasar cincin terbuka 1 akan terbentuk cincin terbuka 2 yang menempel pada bagian dasar cincin terbuka 1. Cincin terbuka 1, dan cincin terbuka 2 serta cincin tertutup akan mengalami polimerisasi sehingga lebih panjang dan terbentuklah sentriol yang berbentuk tabung dengan lebar 0,2 μm dan panjangnya 0,4 μm. Sentriol berfungsi membentuk benang spindel untuk memisahkan kromosom.

Sebagian sel hewan memiliki MTOC atau pusat sel disebut sentrosoma. Sentrosoma terletak disalah satu sisi inti dan padanya terdapat sepasang sentriola yang tersusun tegak lurus satu dengan yang lain. Perlu diingat bahwa tidak semua MTOC memiliki sentriola, misalnya MTOC pada sel tumbuhan. Di sini mukrotubulus aster muncul dari sentroma yang hanya terdiri dari materi padat electron. Demikian pula sentriola juga tidak dijumpai di gelondong meosis oosit mencit, meskipun kemudian akan terlihat pada perkembangan embrio. Oleh karena itu tidak seperti aksonema silia yang tumbuh langsung dari sentriola, mikrotubulus sitoplasmik tidak langsung berpangkal pada sentriola itu sendri, melainkan timbul dari materi tanpa gatra yang terdapat di sekeliling sentriola.

Mikrotubula pada sel hewan cenderung memancar kesegala arah dari sentrosoma. Bagaimanapun sel hewan bersifat polar.dan perakutan molekul tubulin menjadi mikrotubula dipantau sedemikian rupa sehingga mikrotubula yang terbentuk menjulur kearah tertentu dari sel. Mekanisme kejadiannya tampak kepada sifat dinamis dari mikrotubula. Mikrotubula dalam kultur sel cenderung berada dalam salah satu keadaan yaitu tumbuh terus menerus secara ajeg atau terurai dengan cepat. In vivo, mikrotubula juga cenderung berada dalam keadaan seperti yang telah diuraikan. Umur rata-rata mikrotubula fibroblas dalam kultur sel pada stadium interfase kurang dari 10 menit. Pancaran mikrotubula dari sentrosoma tampak selalu berubah-ubah seiring dengan pertumbuhan dan perombakannya.

Mikrotubulus selain sebagai sitoskelet juga dapat berfungsi untuk pergerakan sel, yaitu menggetarkan silia dan flagel (alat bantu pergerakan yang menonjol dari sebagian sel). Silia umumnya relative pendek daripada flagel (panjangnya 5-10 µm vs 150 µm) dan jumlahnya lebih banyak. Sekalipun berbeda dalam hal panjang, jumlah per sel, dan pola kibasannya, silia dan flagel sebenarnya memiliki kesamaan ultrastruktur.

Pada flagel terbentuk dua cincin tertutup yang dihubungkan oleh protein, dibungkus oleh selaput yang membentuk poros disebut aksoneme. Unsur-unsur aksoneme dari silia dan flagel hampir smua sama dan berisi “9+2” susunan mikrotubula. Sementara itu sembilan mikrotubula doublet yang mengelilingi axoneme akan dihubungkan oleh batang-batang penghubung yang disebut spoke. Bagian doublet cincin luar akan membentuk cncin terbuka. Cincin terbuka melekat pada cincin tertutup yang akan dihubungkan oleh cincin tertutup di sebelahnya yang akan dihubungkan oleh kedua lengan yang disebut dynein. Dynein ini memiliki gugus ATP-ase , sehingga dapat dikatakan bahwa dynein bertanggung jawab pada hidrolisis ATP.

Mikrotubulus juga memiliki peran penting pada dinding sel tanaman. Dinding sel tanaman adalah matriks ekstraseluler yang kokoh. Dinding sel ini terdiri atas mikrofibrilis dalam banyak matriks polisakarida (sebagian besar pektin dan hemiselusosa) dan glikoprotein yang saling silang. Pada bagian korteks dari dinding sel, ada array mikrotubulus yang menentukan posisi mikrofibrilis. Penyusunan mikrofibrilis ini menentukan arah perkembangan dinding sel, bentuk akhir sel, serta pola pembelahan sel. Dalam susunannya pada dinding sel, mikrofibrilis selulosa saling silang dalam jaringan yang diikat oleh hemiselusosa. Jaringan ini saling ekstensif dengan jaringan polisakarida pektin. Jaringan selulosa-hemiselulosa memberi kekuatan tegangan sementara jaringan pektin melawan kompresi. Pada dinding sel utama, jumlah ketiganya secara kasar sama, tetapi lamela tengah memiliki lebih banyak pektin untuk merekatkan sel yang berdekatan.















PENUTUP

Kesimpulan
1. Mikrotubulus adalah saluran-saluran kecil yang terbentuk dari protein-protein sejenis yaitu tubulin α dan tubulin β. Keduanya akan membentuk dimer.
2. Ada dua jenis mikrotubulus soliter dan mikrotubulus gabungan.
3. Mikrotubulus gabungan terbentuk dari dua atau lebih mikrotubulus singlet yang berisi 13 protofilamen pada tiap singletnya.
4. Mikrotubulus selain sebagai sitoskelet juga dapat berfungsi untuk pergerakan sel, yaitu menggetarkan silia dan flagel (alat bantu pergerakan yang menonjol dari sebagian sel).
5. Perbedaan silia-flagel dan sentriol yaitu :
a. Sentriol : langsung terbentuk cincin tertutup yang jumlahnya 9
b. Silia-flagel: cincin tertutup yang jumlahnya 11 (2 terletak di poros dan 9 terletak mengelilingi aksonema yang dihubungkan oleh spoke).

SILAHKAN DOWNLOAD MAKALAHNYA DI SINI

MIKROFILAMEN



BAB II
Pendahuluan
II. 1 Pengertian dari mikrofilamen .
            Mikrofilamen atau filamen aktin adalah bagian dari kerangka sel (sitoskeleton) yang berupa batang padat berdiameter sekitar 7 nm dan tersusun atas protein aktin, yaitu suatu protein globular. Mikrofilamen ada pada sel eukariot. Berlawanan dengan peran penahan-tekanan (gaya tekan) mikrotubula, peran struktural mikrofilamen dalam sitoskeleton ialah untuk menahan tegangan (gaya tarik). Dengan bergabung dengan protein lain, mikrofilamen sering membentuk jalinan tiga dimensi persis di dalam membran plasma, yang membantu mendukung bentuk sel. Jalinan ini membentuk korteks (lapisan sitoplasma luar) sel tersebut mempunyai kekentalan semipadat seperti gel, yang berlawanan dengan keadaan sitoplasma dalamnya yang lebih cair (sol). Dalam sel hewan yang terspesialisasi untuk mengangkut materi melintasi membran plasma, berkas mikrofilamen membentuk inti mikrovili, penonjolan halus yang meningkatkan luas permukaan sel. Mikrofilamen dikenal baik karena perannya dalam pergerakan sel khususnya sebagai bagian alat kontraksi sel otot. Ribuan filamen aktin disusun sejajar satu sama lain di sepanjang sel otot yang diselingi dengan filamen yang lebih tebal yang terbentuk dari protein yang disebut miosin. Kontraksi otot terjadi akibat mikrofilamen dan miosin yang saling melncur melewati yang lain, yang akan memperpendek selnya.[1]
            Aktivitas mikrofilamen menyebabkan pergerakan seperti aliran sitoplasma dan gerak ameboid (gerak sel tunggal protista, cendawan, dan hewan yang menggunakan protoplasmanya yang mengalir keluar dari sel unuk membentuk semacam kaki semu atau pseudopod, kemudian bagian sel yang tertinggal maju ke arah pseudopod hingga menghasilkan gerak sel di suatu permukaan). Mikrofilamen terlihat melalui mikroskop fluoresensi dengan bantuan antibodi antiaktin (diperoleh dari lawan aktin pada hewan) atau dengan analog fluoresen falotoksin (berasal dari cendawan Amanita phalloides), yang secara khas berikatan dengan molekul aktin (atau lir-aktin)).[2]










II. 2 struktur tubuh dari mikrofilamen
           
           Mikrofilamen merupakan jaring-jaring penyusun sitoskeleton. Mikrofilamen bersifat fleksibel, aktin biasanya berbentuk jaring atau gel. Aktin berfungsi membentuk permukaan sel. Beberapa jenis bakteri juga mampu bergerak dengan aktin seperti Listriea monocytogenes yang menyebar dari sel ke sel dengan menginduksi penyusunan aktin pada sitosol sel inang.







BAB III
KESIMPULAN
Top of Form
Bottom of Form























































































Struktur sel tumbuhan dan hewan dan mekanisme transfor zat melalui membran- Pada materi ini kita akan mempelajari bagaimana struktur sel tumbuhan? bagaimana struktur sel hewan ? apa perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan? dan bagaimana mekanisme transpor zat melalui membran sel?
STRUKTUR SEL TUMBUHAN DAN HEWAN
dapat terlihat bahwa pada bagian luar sel tumbuhan terdapat dinding sel, tetapi pada hewan tidak. Adanya dinding sel inilah yang menyebabkan selsel tumbuhan memiliki sifat keras dan kaku. Pada tumbuhan, dinding sel berfungsi antara lain untuk melindungi protoplas, sebagai penguat tanaman dan mencegah terjadinya dehidrasi. Komponen utama penyusun dinding sel adalah polisakarida. Dinding sel tumbuhan muda masih terlihat tipis yang terdiri atas selaput zat pektin. Setelah sel tumbuhan bertambah tua, maka dinding sel akan menebal dan zat pembentuknya adalah selulosa. Dinding sel bagian dalam berhubungan langsung dengan membran plasma. Membran ini bisa terlihat apabila sel berada di dalam larutan yang lebih pekat daripada larutan dalam sel, sehingga membran plasma akan lepas.

DAFTAR PUSTAKA
 
SILAHKAN DOWNLOAD MAKALAHNYA DI SINI