BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Penemuan Lisosom
Lisosom ditemukan pada tahun 1950 oleh
Christian de Duve dan dikembangkan olehnya pada tahun 1955 dari data biokimia.
Sebelumnya de Duve dan kawan-kawannya mencoba meneliti kandungan enzim dari
fraksi-fraksi yang dipisahkan dari homogenate sel hati tikus melalui pemusingan
atau sentrifugasi deferensial. Mereka kemudian melakukan eksprimen biokimia
yang menghasilkan postulat bahwa enzim hidrolik akan tertampung dalam vasikel
berukuran 0,4 µm, dan bahwa setiap vesikel akan dibatasi membran yang mencegah
enzim ini bereaksi dengan substrat dalam sitoplasma. Menyadari bahwa badan-badan
kecil dalam fraksi ini bukan mitokondria tetapi sejenis organel sitoplasma
baru. Akhirnya mereka pun mengusulkan nama lisosom untuk organel sel ini.
B.
Struktur Lisosom
Lisosom adalah organel pencerna pada sel
hewan dan di temukan disemua sel eukariotik. Lisosom berasal dari
bahasa Latin (kata lyso = pencernaan dan soma =
tubuh). Lisosom termasuk organel sel dalam system endomembran, produk dari RE
kasar dan Golgi apparatus. Lisosom memiliki keanekaragaman morfologi
yang berbentuk agak bulat dan dikelilingi oleh membran tunggal yang digunakan
untuk mencerna makromolekul.
Gambar 1. Struktur lisosom
berbentuk agak bulat yang dikelilingi membran tunggal dan berisi enzim
hidrolitik.
Organel ini bermembran
bulat, dengan diameter yang begitu kecil (hanya 0,2 µm sampai 0,4 µm) sehingga
sukar dilihat dalam mikroskop. Jumlah lisosom dalam sangat bervariasi menurut
jenis selnya. Namun, ciri paling mencolok pada organel khusus ini adalah
bahwa ia mengandung sejumlah besar enzim hidrolase asam yang aktivitas enzimnya
aktif pada keadaan pH kurang lebih 5.
1.
Membran lisosom
Lisosom dapat mempertahankan kondisi
asam ini dengan cara membran lisosom memompa ion hidrogen dengan menggunakan
bantuan ATP sebagai sumber energi dari sitosol ke dalam lumen
lisosom. Proses masuknya ion hidrogen ini karena membran lisosom mengandung
protein integral yang kandungan glikosilatnya tinggi dan terdapat garis
pelindung dari karbohidrat yang mampu melindungi membran dari kerusakan.
Membran lisosom juga sangat
terglikosilasi yang dikenal dengan lysosomal-associated membran proteins
(LAMP). Sampai saat ini sudah terdeteksi LAMP-1, LAMP-2, dan CD63 atau LAMP-3.
LAMP berguna sebagai reseptor penerimaan kantong vesikel pada lisosom.
Lisosom memiliki protein maker yang
disebut sebagai “Docking-marker acceptor”. Dengan demikian, lisosom akan dapat
berfusi dengan vesikula-vesikula target dengan tepat. Lisosom memiliki fungsi
pencernaan intra sel yang sangat luas meliputi pencernaan bahan-bahan intra dan
ekstra sel, mikroorganisme yang telah difagositosis dan program kematian sel
selama organogenesis.
2.
Enzim Lisosom
Ada banyak macam enzim yang terkandung
dalam lisosom. Yang khas dari lisosom adalah terdiri atas sekitar 50 enzim
hidrolitik yang berbeda yang dihasilkan di dalam RE kasar. Enzim ini
disebut dengan lisozom. Enzim-enzim ini dapat menghidrolisis semua bentuk
makromolekul antara lain polisakarida, lipid, fosfolipid, asam nukleat,
dan protein. Enzim hidrolisis tersebut bekerja optimum pada pH asam (sekitar
4,6). Kondisi asam ini dihasilkan dari pompa proton di membran organel
Jika dikelompok-kelompokkan, maka ada
kelompok enzim fosfatase, nuclease, protease, dan enzim pemecah lipid. Dari
semua kelompok enzim ini, enzim fosfatase asam adalah yang terbanyak.
Substratnya sebagian besar adalah ester dan lisosomnya sendiri berasal dari
jaringan-jaringan hewan, tumbuhan maupun protista. Enzim fosfatase yang lain
adalah monofosfat dan fosfodiesterase asam yang substratnya oligonukleotida dan
diester fosfat. Berikut ini merupakan tabel pengelompokkan beberapa enzim yang
terdapat pada lisosom.
Tabel 1. Pengelompokkan enzim lisosom
Enzim
|
Substrat
|
Phosphatase:
Acid phosphatase
Acid phosphodiesterase
|
Phosphomonoesterus
Phosphodiesters
|
Nucleases:
Acid ribonuclease
Acid deoxyribinuclease
|
RNA
DNA
|
Proteases:
Cathepsin
Collagenase
|
Protein
Collagen
|
GAG-hydrolizing enzymes:
Iduronate Sulfatase
Β-galactosidase
Heparan N-sulfatase
α-N- Acetylglucosaminidase
|
Dermatan sulfate
Keratan sulfate
Heparan sulfate
Heparan sulfate
|
Polysaccharidases dan Oligosaccharidases:
α-glucosidase
Fucosidase
α-manosidase
Sialidase
|
Glycogen
Fucosyloligosaccharides
Mannosyloligossacharides
Sialyloligosaccharides
|
Sphingolipid hydrolyzing enzymes:
Ceramidase
Glucocerebosidase
β-Hexosaminidase
Arylsulfatase
|
Ceramide
Glucosylceramide
GM2ganglioside
Galactosylsulfatide
|
Lipid hidrolysing enzimes:
Acid lipase
Phospholipase
|
Triacylglycerols
Phospholipids
|
Enzim yang tergolong dalam nuclease adalah RNA ase substratnya RNA, dan DNA
ase substratnya DNA. Asal lisosom keduanya sama yaitu berasal dari jaringan
hewan, tumbuhan, dan protista.
Enzim hidrolase terdiri dari: α-galaktosidase substratnya galaktosida asal
lisosomnya adalah jaringan hewan, tumbuhan, dan protista; α-glukosidase
substratnya glikogen; α-manosidase substratnya manosida; dan α-glukoronidase
substratnya polisakarida dan mukopolisakarida.
Enzim berikutnya adalah enzim yang termasuk ke dalam golongan enzim
protease yakni enzim katepsin substratnya protein, asal lisosomnya adalah sel
hewan. Berikutnya adalah enzim kolagenase, substratnya kolagen, asal lisosomnya
adalah sel tulang. Enzim terakhir dalam kelompok protease adalah peptidase,
substratnya peptide, asal lisosomnya adalah jaringan hewan, tumbuhan, dan
protista.
Berikutnya adalah enzim-enzim perombak lipid yang terdiri dari esterase
substratnya ester asam lemak, asal lisosomnya adalah jaringan hewan, tumbuhan,
dan protista. Enzim fosfolipase dengan substratnya fosfolipid, lisosomnya juga
berasal dari jaringan tumbuhan.
Jika ditinjau dari
segi fisiologis, lisosom terdiri dari dua kategori yaitu:
1)
Lisosom primer yang berisi enzim-enzim
hidrolase dan lisosom sekunder yang selain berisi hidrolase juga terdapat
substrat yang sedang dicerna.
2)
Vakuola pencernaan yang berasal dari
fusi antara fagosoma atau endosoma dengan lisosom primer pada beberapa macam
sel hewan.
Ada dua macam lisosom, yaitu lisosom primer dan sekunder. Lisosom primer
memproduksi enzim-enzim yang belum aktif. Fungsinya adalah sebagai vakuola
makanan. Lisosom sekunder adalah lisosom yang terlibat dalam kegiatan mencerna.
Ia berfungsi sebagai autofagosom.
Lisosom primer pada umumnya adalah vesikuli yang berbalutkan protein yang
disebut klatrin. Klatrin akan lepas begitu vesikuli juga lepas. Lisosom
yang pertama dibentuk oleh sel dan belum terlibat dalam aktivitas pencernaan
sel disebut lisosom primer. Sedangkan lisosom sekunder adalah lisosom yang
merupakan hasil fusi berulang antara lisosom primer dengan berbagai substrat
yang berbatas membran (Albert et al., 1983). Dengan demikian, lisosom sekunder
telah terlibat dalam aktivitas pencernaan sel dan di dalam lumennya terdapat
substrat dan enzim-enzim hidrolitik.
Lisosom sekunder memiliki dua fungsi yang berbeda, yaitu:
1)
Heterolisosom, yaitu bila substrat yang
dicerna berasal dari luar sel. Dengan demikian, heterolisosom dibentuk
dari hasil fusi antara lisosom primer dengan fagosom atau endosom.
Heterolisosom sering disebut sebagai vakuola pencerna. Albert et al. (1983)
membagi heterolisosom menjadi dua tipe, yaitu:
a.
Vakuola pencerna, yaitu hasil fusi
antara fagosom (partikel-partikel yang difagositosis seperti bakteri) dengan
lisosom primer.
b.
Badan-badan multivesikula, yaitu hasil
fusi antara beberapaendosom (substrat yang masuk secara endositosis dan bukan
dalam bentuk partikel) dengan lisosom primer. Dengan demikian, badan-badan
multivesikula merupakan kantung-kantung berbatas membran dimana di dalamnya
mengandung banyak vesikula- vesikula kecil dengan diameter berkisar 50 nm.
2)
Vakuola autofagi atau autolisosom, yaitu
lisosom yang mengandung dan mungkin mencerna substrat-substrat intraseluler
yang berbatas membran (sitosegresom), misalnya organel-organel intraseluler
seperti mitokondria. Autolisosom dibentuk dari hasil fusi antara sitosegresom
dengan lisosom primer.
Dalam sel, sesungguhnya terdapat
kerjasama yang erat antara heterolisosom dengan autolisosom. Selama heterofagi
berlangsung, protein- protein ditempatkan di dalam vesikula-vesikula endosom,
kemudian berfusi dengan lisosom primer dan selanjutnya mengalami hidrolisis.
Selama auto- fagi, sitosegresom berfusi dengan lisosom primer membentuk
autolisosom dan memasuki siklus pencernaan intrasel. Tergantung pada keadaan
fisiologisnya, vakuola pencerna atau vakuola autofagi pada akhirnya mengalami
satu dari tiga kemungkinan yang terjadi, yaitu:
1.
Mengosongkan kandungannya dengan cara
eksositosis atau defekasi seluler
2.
Menjadi bahan residu tanpa bahan
hidrolase
3.
Menghidrolisis kandungannya secara
sempurna untuk dapat berdifusi dan selanjutnya siap untuk siklus aktivitas yang
baru.
Bentuk akhir heteroslisosom dan autolisoson disebut telolisosom atau
postlisosom atau badan residu. Bahan-bahan yang terkandung di dalam telolisosom
sewaktu-waktu dapat dilepaskan. Proses pelepasannya dinamakan defekasi seluler.
Bahan-bahan yang telah dicerna di dalam lisosom dapat kembali dilepaskan ke
dalam sitoplasma dan selanjutnya terlibat di dalam proses katabolisme atau
anabolisme.
C.
Proses Pembentukan Lisosom
Lisosom dibentuk dari protein yang
dihasilkan oleh ribosom dan kemudian masuk ke retikulum endoplasma (RE). Protein
yang dimasukkan kedalam membran kemudian dikeluarkan ke sitoplasma. Namun, ada
juga yang masuk ke golgi terlebih dahulu baru kemudian dilepas ke sitoplasma.
Jadi proses pembentukan lisosom ada 2 macam: pertama dibentuk secara langsung
di RE dan kedua oleh Golgi.
Gambar 3. Proses pembentukan lisosom
Untuk prosesnya, enzim ini mempunyai molekul penanda unik, yaitu manosa 6-fosfat (M6P) yang berikatan dengan oligosakarida terikat-N. Seluruh
glikoprotein yang ditransfer oleh retikulum endoplasma ke cis Golgi
memiliki rantai oligosakarida terikat-N yang identik, dengan manosa di ujung terminalnya. Untuk membentuk manosa 6-fosfat, cisGolgi
membutuhkan situs pengenalan, yang disebut signal patch, yang
memiliki situs H3N+–COO−.
Pembentukan M6P ini memerlukan dua buah enzim, yaitu GlcNac
fosfotransferase yang berfungsi untuk mengikat enzim hidrolitik secara spesifik
dan menambah GlcNac-fosfat ke enzim. Kemudian terdapat enzim kedua yang
memotong GlcNac sehingga membentuk M6P. Satu enzim hidrolitik mengandung banyak
oligosakarida sehingga dapat mengandung banyak residu M6P. Setelah itu,
dari cis Golgi, enzim hidrolitik ini akan ditransfer ke trans Golgi.
M6P yang terikat pada enzim hidrolitik akan berikatan pada reseptor protein
M6P yang berada pada jaringan trans Golgi. Reseptor ini
terikat pada membran dan berguna untuk pemaketan enzim hidrolitik dengan
memasukkan enzim tersebut ke vesikel clathrin coats, dan nantinya
vesikel tersebut dikirim ke endosom lanjut. Pemaketan ini terjadi pada pH 6,5 –
6,7, dan dikeluarkan pada pH 6.
Pada endosom, enzim hidrolitik akan terlepas dari reseptor M6P karena
adanya penurunan pH (menjadi 5). Setelah terlepas, reseptor M6P akan dibawa
oleh vesikel transpor dari endosom kembali ke membran trans Golgi
untuk digunakan kembali. Transpor, baik menuju endosom atau kebalikannya,
membutuhkan peptida penanda (signal peptide) yang terdapat pada ekor
sitoplasmik dari reseptor M6P. Namun demikian, tidak semua molekul dengan M6P
dikirim ke lisosom; ada yang 'lolos' dari pengepakan dan ditransfer ke luar
sel. Reseptor M6P juga terdapat di membran plasma, yang berguna untuk menangkap
enzim hidrolitik yang lolos tersebut dan membawanya kembali ke endosom
Ada dua pendapat yang berkenaan dengan asal dan pembentukan lisosom, yaitu:
1)
Berbagai bukti telah ditemukan bahwa
protein-protein hidrolitik dibentuk oleh ribosom yang terdapat pada
retikulum endoplasma. Dari retikulum endoplasma kasar, selanjutnya protein
tersebut ditranslokasikan menuju permukaan pembentukan badan golgi untuk
diproses lebih lanjut. Setelah itu, protein-protein hidrolitik dikemas dan
dibungkus dalam bentuk vesikula-vesikula untuk selanjutnya dilepaskan sebagai
lisosom primer.
2)
Protein-protein hidrolitik dibentuk pada
ribosom yang terdapat pada retikulum endoplasma kasar, selanjutnya ia
dilepaskan dalam bentuk vesikula menuju daerah GERL (Golgi associated
Endoplasmic Reticulum giving rise to Lisosom) yang berdekatan dengan daerah
permukaan matang badan golgi. Dari GERL, selanjutnya dilepaskan
vesiula-vesikula yang disebut lisosom primer
D.
Fungsi dan Peranan Lisosom
Peranan fisiologi lisosom umumnya
berhubungan dengan pencernaan intraseluler. Misalnya pencernaan makanan yang
berlangsung pada protozoa dimana bahan-bahan yang berasal dari luar dicerna
secara intraseluler atau heterofagi. Endositosis merupakan persyaratan bagi
pencernaan intraseluler bahan eksogen dengan molekul tinggi. Bukti menunjukkan
bahwa vakuola makanan dihasilkan dari fusi antara endosom dengan lisosom
primer.
Dalam darah, terdapat banyak sel-sel
fagosit yang bekerja sebagai penghalang yang efektif dari invasi mikroorganisme
atau benda-benda asing lainnya. Ada empat tipe fagosit darah, yaitu: Polymorpho
Nuclear Neutrofic Leukocytes (PMNs), Eosinofil, Basofil, dan Monosit. Meskipun
keempat tipe tersebut bersirkulasi di dalam darah, neutrofil dan monosit
memiliki kemampuan untuk meninggalkan aliran darah dan mengembara di seluruh
jaringan untuk menghilangkan bahan-bahan asing dalam jaringan dengan cara
memfagositosisnya.
Monosit di dalam jaringan akan
berkembang menjadi dewasa dan menjadi sel-sel makrofag. Berbagai jenis makrofag
antara lain histiosit dalam jaringan pengikat, makrofag alveolar di dalam
paru-paru, sel-sel kuffer di dalam jaringan hati, makrofag pelural di dalam
peritoneal, osteoklas di dalam tulang, sel mikroglia di dalam sistim saraf
pusat, sel schwann di dalam serabut saraf perifer, sel sinvial tipe A di dalam
ruang sendi, dan makrofag di dalam jaringan limfoid dan jaringan ikat (Subowo,
1990).
Lisosom memainkan peranan yang sangat
penting dalam resorbsi tulang yang dilakukan oleh osteoklas. Selain itu,
lisosom memegang peranan penting di dalam sekresi kelenjar tiroid oleh sel-sel epitel
dari folikel tiroid.
Lisosom memainkan peranan yang sangat
penting selama berlangsungnya fertilisasi pada berbagai jenis hewan termasuk
manusia, terutama selama berlangsungnya reaksi akrosom. Enzim-enzim yang
dilepaskan dari vesikula akrosom melakukan pencernaan terhadap selaput
pelindung telur sehingga memungkinkan sel pronukleid jantan masuk menembus
membran telur untuk berfusi dengan pronuklei betina. Selain itu,
fungsi dan peranan lisosom meliputi endositosis, autofagi dan fagositosis.
1.
Endositosis
Endositosis ialah
pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel melalui mekanisme
endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan dibawa ke vesikel kecil dan
tidak beraturan, yang disebut endosom awal. Beberapa materi tersebut dipilah
dan ada yang digunakan kembali (dibuang ke sitoplasma), yang tidak dibawa ke
endosom lanjut. Di endosom lanjut, materi tersebut bertemu pertama kali dengan
enzim hidrolitik. Di dalam endosom awal, pH sekitar 6. Terjadi penurunan pH (5)
pada endosom lanjut sehingga terjadi pematangan dan membentuk lisosom

Endositosis dapat dibedakan ke dalam 2 kategori: Bulk-phases
endocytosis (dikenal juga sebagai pinositosis) dan Receptor-mediated
endocytosis.
a.
Bulk-phases endocytosis adalah pengambilan cairan dari bagian ekstraselular untuk dibawa ke
bagian dalam sel. Bulk-phases endosistosis juga dapat digunakan untuk
memindahkan bagian dari membran plasma ke organel lain yang membutuhkan dan
mengembalikan kembali bagian tersebut ke membran plasma.
b.
Receptor-mediated endocytosis adalah pengambilan makromolekul (ligand) yang spesifik dari bagian
luar. Makromolekul ini akan terikat pada reseptor yang terletak pada bagian
luar membran plasma.
Molekul yang diambil menuju sel dengan cara endositosis berjalan
melewati endocytic pathway. Ada dua tipe reseptor yang berperan
dalam endositosis. Reseptor tersebut terletak pada bagian luar membran plasma.
Reseptor pertama adalah “Houskeeping receptors”, yang bertanggung jawab
dalam pengambilan materi yang akan digunakan oleh sel. Reseptor yang kedua
adalah “Signaling receptors”, yang bertanggung jawab dalam
pengikatan ligan di bagian ekstraseluler yang membawa pesan untuk mengubah
aktivitas di dalam sel. Molekul yang ditangkap oleh reseptor di membran plasma
ditransportasikan ke endosom. Endosom berperan sebagai pusat pendistribusian
selama endositosis berlangsung. Cairan yang terdapat di dalam endosom di jaga
keasamannya dengan adanya sebuah H+-ATPase di membran endosom.
Endosom dapat dibagi menjadi dua, yaitu early endosom yang
terletak di daerah sekitar dalam sel, dan yang kedua adalah late
endosom yang tereletak lebih dekat ke bagian nukleus. Early endosom
dan late endosom dapat dibedakan dari berat jenisnya, pH dan komposisi protein.
Late endosom juga menerima enzim lisosom yang baru saja disintesis dari
bagian trans Golgi network. Enzim ini dibawa oleh manosa-6-fospat (M6P). M6P
akan kembali lagi ke TGN apabila enzim lisosom telah dimasukkan ke dalam late
endosom. Materi yang sudah ada di dalam late endosom akan dicerna oleh enzim
lisosom
2.
Autofagi
Autofagi merupakan
proses yang digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel sendiri,
seperti organel yang tidak berfungsi lagi. Selama proses ini
berlangsung, sebuah organel seperti mitokondria akan diselubungi oleh membran
ganda yang merupakan derivat dari sisterna RE. Membran RE kemudian bergabung
dengan lisosom untuk membentuk autofagolisosom.
Mula-mula, bagian dari
retikulum endoplasma kasar menyelubungi organel dan membentuk autofagosom.
Setelah itu, autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan
berkembang menjadi lisosom (atau endosom lanjut). Ketika proses
autofagolisosom selesai, organel yang dicerna dikeluarkan sebagai residual
body. Berdasarkan tipe dari sel yang bersangkutan, isi dari residual
body dikeluarkan dari dalam sel secara eksositosis atau disimpan di
dalam sitoplasma disebut lipofuscin granule. Lipofuscin granule akan
meningkat jumlahnya seiring penambahan umur sel. Proses ini berguna pada sel
hati, transformasi berudu menjadi katak, dan embrio manusia
Perusakan sel terprogram oleh enzim lisosomnya sendiri penting dalam
perkembangan organisme. Misal, pada waktu kecebong berubah menjadi
katak, ekornya diserap secara bertahap. Sel-sel ekor yang kaya akan lisosom
mati dan hasil penghancuran digunakan di dalam pertumbuhan sel-sel baru yang
berkembang. Pada perkembangan tangan embrio manusia yang semula berselaput
hingga lisosom mencerna jaringan diantara jari- jari tangan tersebut sehingga
terbentuk jari yang terpisah seperti yang kita punyai sekarang.
Proses pencernaan yang terjadi secara enzimatis di lisosom terdiri dari
berbagai macam tergantung dari jenis dan asal bahan yang akan dicerna. Bila
bahan yang dicerna berasal dari luar sel proses pencernaanya disebut
heterofagi, sedangkan bila bahannya berasal dari dalam disebut autofagi. Kedua
proses pencernaan ini banyak dijumpai misalnya pada mekanisme pertahanan tubuh,
nutrisi, dan pengaturan sekresi. Selain kedua proses pencernaan tersebut yang
sifatnya intraseluler, enzim lisosom dapat pula disekresikan ke luar dari sel
atau disebut pencernaan ekstra sel misalnya yang terjadi pada jaringan ikat
hewan dan juga pada jenis jamur.
Proses pencernaan ekstra seluler yang dilakukan oleh lisosom dilakukan
dengan mencurahkan isi lisosom ke dalam daerah ekstra seluler. Jadi pada proses
ini yang dicerna adalah substabsi antar sel, misalnya pencernaan ekstra sel
yang mengakibatkan perubahan tulang dan tulang rawan. Sebagai contoh dalam sel
hati, mitokondria rata-rata berumur 10 hari. Mitokondria yang telah berumur 10
hari dan tidak berfungsi dilingkupi oleh sebuah organel yang berasal dari
membran retikulum endoplasma membentuk autofagosom. Kemudian autofagosom
bergabung dengan lisosom agar mitokondria dapat dihancurkan oleh enzim
hidrolitik
3.
Fagositosis
Fagositosis merupakan
proses pemasukan partikel berukuran besar dan mikroorganisme seperti bakteri
dan virus ke dalam sel. Pertama, membran akan membungkus partikel atau
mikroorganisme dan membentuk fagosom. Kemudian, fagosom akan berfusi dengan
enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (endosom
lanjut).
Fagositosis dilakukan oleh beberapa tipe sel yang telah mengalami
spesialisasi untuk mendegradasi partikel besar (diameter > 0,5 μm) atau
mikroorganisme dari lingkungan. Kebanyakan protista seperti amoeba dan siliata
memenuhi kebutuhan makanan mereka dengan cara menangkap partikel makanan atau
organisme yang lebih kecil. Partikel makanan yang ditangkap dimasukkan ke dalam
organel yang disebut vakuola atau fagosom. Vakuola atau fagosom ini berasal
dari sebagian kecil (cubitan ke arah dalam) membran plasma. Fagosom akan
bergabung dengan lisosom, sehingga pertikel makanan yang ditangkap dicerna di
dalam fagolisosom.
E.
Kelainan Akibat Lisosom
Berbagai kelainan turunan yang disebut
sebagai penyakit penyimpangan lisosom (lysosomal storage disease) mempengaruhi
metabolisme lisosom. Lysosomal storage diseases terjadi karena mutasi di gen
struktural sehingga kekurangan salah satu enzim hidrolitik aktif yang secara
normal ada dalam lisosom. Substrat yang tidak tercerna akan menumpuk dan
mengganggu fungsi seluler lainnya. Penyakit ini sangat jarang ditemukan, yaitu
sekitar 1 dari 7700 kelahiran manusia. Salah satu contohnya adalah penyakit
Pompe.
Penyakit Pompe adalah penyakit genetik
neuromuskular yang dapat terjadi pada bayi, anak-anak, dan manusia dewasa, yang
membawa gen cacat dari orang tuanya. Gejala penyakit ini adalah perkembangan
otot lemah, terutama pada otot untuk bernafas dan bergerak. Pada bayi, penyakit
ini juga menyerang otot jantung. Penyebabnya adalah cacat pada gen yang
bertanggung jawab untuk membuat enzim acid alpha-glucosidase (GAA) yang
terletak pada kromosom 17. Enzim GAA ini hilang atau diproduksi dalam jumlah
sedikit. Fungsi enzim ini untuk memecah glikogen, bentuk gula yang disimpan
pada otot, sehingga terjadi penumpukan glikogen pada lisosom.
Pada penyakit Pompe misalnya, hati
dirusak oleh akumulasi glikogen akibat ketiadaan enzim lisosom yang dibutuhkan
untuk memecah polisakarida. Pada penyakit Tay-Sachs, enzim pencerna lipid
hilang atau inaktif, dan otak dirusak oleh akumulasi lipid dalam sel. Untunglah
penyakit penyimpangan ini jarang ada pada populasi umum. Pada masa mendatang
mungkin penyakit penyimpangan ini dapat diobati dengan menyuntikkan enzim yang
hilang bersama dengan molekul adaptor yang menargetkan enzim-enzim untuk
penelanan oleh sel dan penggabungan dengan lisosom.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka dapat diperoleh beberapa
kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
1. Lisosom ditemukan pada tahun 1950
oleh Christian de Duve dan dipostulatkan olehnya pada tahun 1955 dari data
biokimia. Sebelumnya de Duve dan kawan-kawannya mencoba meneliti kandungan
enzim dari fraksi-fraksi yang dipisahkan dari homogenate sel hati tikus melalui
pemusingan atau sentrifugasi deferensial.
2. Lisosom adalah organel yang termasuk
dalam system endomembran, produk dari ER kasar dan Golgi apparatus,
yang memiliki keanekaragaman morfologi yakniberbentuk agak bulat dan
dikelilingi oleh membran tunggal bilayer yang digunakan untuk mencerna
makromolekul. Lisosom terdiri dari dua macam, yaitu lisosom primer yang
berisi enzim-enzim hidrolase dan lisosom sekunder yang selain berisi hidrolase
juga terdapat substrat yang sedang dicerna.
3. Lisosom dibentuk dari protein yang
dihasilkan oleh ribosom dan kemudian masuk ke retikulum endoplasma (RE).
Protein yang dimasukkan kedalam membran kemudian dikeluarkan ke sitoplasma.
Namun, ada juga yang masuk ke golgi terlebih dahulu baru kemudian dilepas ke
sitoplasma.
4. Beberapa fungsi dan peranan lisosom
di antaranya: endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam
sel melalui mekanisme endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan dibawa
ke vesikel kecil dan tidak beraturan, yang disebut endosom awal; autofagi
merupakan proses yang digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel
sendiri, seperti organel yang tidak berfungsi lagi; dan fagositosis
merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan mikroorganisme seperti
bakteri dan virus ke dalam sel.
5. Lysosomal storage diseases adalah
penyakit keturunan yang mempengaruhi metabolisme lisosom, terjadi karena mutasi
di gen struktural sehingga kekurangan salah satu enzim hidrolitik aktif yang
secara normal ada dalam lisosom.
B. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan semoga dengan adanya penulisan makalah ini,
baik penulis maupun pembaca dapat menjadikan sumber bacaan untuk menambah
wawasan pengetahuan yang berkaitan dengan organel-organel sel khususnya organel
lisosom.
Daftar Pustaka
SILAHKAN DOWNLOAD MAKALAHNYA DI SINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar